Posted by Unknown | 0 comments

DIALOG PUBLIK BENTENG VASTERNBURG ; Diusulkan Pemkot Solo dan Robby Gelar Sayembara

KEDAULATAN RAKYAT

19/02/2009 08:48:38

SOLO (KR)- Menyusul pro dan kontra pengembangan Benteng Vasternburg yang kini sudah dikuasai perorangan, muncul usulan agar Pemerintah Kota Solo sebagai pemangku kebijakan di Solo bersama pemilik lahan kawasan Benteng Vasternburg Robby Sumampouw, menggelar sayembara konsep pemanfaatan benteng peninggalan zaman Belanda itu. Namun dalam persoalan itu, Direktur Eksekutif Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Widya Wijayanti, serta pakar arsitek Universitas Diponegoro Semarang Prof Ir Eko Budiharjo, mengisyaratkan semua pihak tidak berlaku gegabah.

Tampil sebagai pembicara dalam Dialog Publik tentang Cagar Budaya, di Balaikota Solo, Rabu (17/2), keduanya menilai, Benteng Vasternburg menyimpan sejarah panjang menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk politik dan pemerintahan, sosial, budaya, arsitektur dan sebagainya yang hingga kini belum terkuak tuntas. Ini mesti menjadi pertimbangan tersendiri dalam merancang konsep pemanfaatan Benteng Vasternburg ke depan. Apalagi, Benteng Vasternburg memiliki nilai penting sebagai landmark Kota Solo, karena posisi benteng berada di pusat kota, dan seluruh ruas jalan memusat ke arah benteng.
Hanya saja secara fisik, nilai Benteng Vasternburg, menurut Gutomo dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, saat ini sudah menurun, akibat bangunan benteng hanya tinggal pagar keliling, sedangkan bangunan pendukung di dalamnya, seperti tangsi militer, perkantoran dan sebagainya, sudah musnah. Celakanya, data fisik bangunan yang lengkap dan akurat, tidak ada sama sekali, karena sebelum seluruh bangunan di dalam benteng dirobohkan, BP3 tidak bisa mengakses untuk mendokumentasikan data fisik bangunan di dalam benteng.
Karena tidak adanya data fisik yang lengkap dan akurat itu pula, menurut Gutomo, cukup sulit untuk dilakukan rekonstruksi. Dari sisi arsitektur serta teknologi, jelasnya, Benteng Vasternburg tak jauh berbeda dengan Benteng Vredeburg di Yogyakarta, tetapi jika harus dilakukan rekonstruksi, tak bisa dilakukan begitu saja, sebab jika terjadi kesalahan, justru akan berakibat fatal, terutama dalam kajian ilmiah kesejarahan ke depan.
Museum Terbuka
Dia mengusulkan, Benteng Vasternburg dimanfaatkan untuk museum terbuka dengan koleksi utama bangunan-bangunan serta elemen landscape yang memiliki nilai kesejarahan, kebudayaan dan keilmuan. Strategi museum terbuka, menurutnya, banyak dipakai banyak negara untuk melestarikan bekas benteng pertahanan militer, seperti Halifax Citadel, di Quebeq City, Fort Henry di Ontario, Fort Langley National Historic Site di Columbia, Fort William Historical Park di Thunder Bay, Fort York di Toronto, dan sebagainya. Tapi dengan kondisi Benteng Vasternburg yang kini tinggal pagar keliling, menurutnya, perlu dibuat fasilitas untuk memperoleh informasi lengkap tentang benteng.
Meski dalam dialog publik itu muncul banyak usulan, namun hingga dialog usai belum ada sinyal pemanfaatan Benteng Vasternburg ke depan yang lebih mengerucut. Ketidakhadiran pemilik lahan kawasan Benteng Vasternburg, yakni Robby Sumampouw, mengakibatkan dialog itu tak lebih sebagai wahana brainstrorming. Sejauh ini, pihak pemilik masih bersikukuh untuk memanfaatkan lahan Benteng Vasternburg untuk Hotel Beautique serta mal, sedangkan sebagian warga Solo menolak rencana tersebut, karena akan merusak kawasan cagar budaya.

0 comments: